February 16, 2017

Manajemen Industri Bagian I

HISTORIS, DEFINISI DAN RUANG LINGKUP DISIPLIN 
TEKNIK INDUSTRI

Pendahuluan

Teknik Industri - istilah ini diterjemahkan dari kata Industrial Engineering - sebagai suatu disiplin ilmu keteknikan yang baru lahir melalui suatu proses evolusi yang lama sejak Revolusi Industri yang berlangsung sekitar dua abad lampau. Kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi maupun produktivitas sistem produksi merupakan pendorong utama munculnya disiplin.
Teknik Industri. Disiplin teknik industri pada dasarnya akan memberi bekal dan kemampuan untuk melihat serta menyelesaikan segala permasalahan industri dengan konsep pendekatan sistem (system approach).


Pengertian tentang Industri dan Manajemen Industri

Secara definitif industri bisa diartikan sebagai suatu lokasi atau tempat dimana aktivitas produksi akan diselenggarakan, sedangkan aktivitas produksi bisa dinyatakan sebagai sekumpulan aktivitas yang diperlukan untuk mengubah satu kumpulan masukan menjadi produk keluaran yang memiliki nilai tambah. 
Di dalam proses produksi akan terjadi suatu proses perubahan bentuk (transformasi) dari input yang dimasukkan baik secara fisik maupun nonfisik. Disini akan terjadi pada apa yang disebut dengan pemberian nilai tambah dari input material yang diolah. 
Penambahan nilai tertentu bisa ditinjau dari aspek penambahan nilai fungsional maupun nilai ekonomisnya. 

Adanya proses manajemen jelas akan memberikan ketetapan mengenai:
  • Sistem nilai dan tujuan yang ingin dicapai
  • Struktur organisasi dikaitkan dengan hirarki, tanggung jawab dan wewenang
  • Perancangan, perencanaan dan pengendalian aktivitas operaasional yang harus dilaksanakan. 
Secara lebih spesifik fungsi yang harus dilaksanakan oleh proses manajemen industri akan mencangkup 3 fungsi pokok yaitu:
  • Fungsi Pemasaran (Marketing)
    Fungsi pemasaran dalam hal ini bertanggung jawab untuk menumbuhkan kebutuhan (demand) dari output yang dihasilkan.
  • Fungsi Pendanaan (Finance)
    Fungsi pendanaan memiliki tanggung jawab untuk menyediakan dana yang cukup dalam menunjang proses produksi baik kebutuhan dana yang bersifat jangka pendek maupun panjang.
  • Fungsi Produksi (Production)
    Fungsi produksi bertanggung jawab untuk membuat dan  menghasilkan produk untuk merealisasikan kebutuhan.

Wawasan Teknik Industri dan Analisa Manajemen

Frederick Winslow Taylor - yang merupakan pioner pengembangan ilmu Teknik Industri memperkenalkan pendekatan manajemen ilmiah (scientific management) untuk menyelesaikan masalah-masalah industri secara lebih pasti. Pernyataan Taylor yang terkenal “knowing exactly what you want to do, and then seeing thaat they do it in the best and cheapest way” memberi landasan filosofis baru dalam aktivitas manajemen di lantai produksi.
Ilmu keteknikan (engineering) dan ilmu manajemen pada dasarnya memiliki filosofis dasar yang sama. Perbedaan hanyalah terletak pada obyek yang dihadapi. Manusia teknik (engineer) atau manusia manajemen (manager) dalam lingkungan yang kompleks (industri), keduanya harus mampu mengalokasikan secara optimal segala sumber untuk di”input”kan ke dalam proses produksi atau operasional yang ada. Keduanya juga harus mampu mengidentifikasikan dan mengevaluasi hubungan/interaksi dari komponen-komponen (sub-systems) dari sistem produksi/industri yang ada. Ilmu keteknikan dan ilmu manajemen sedikit memiliki perbedaan dalam hal penguasaannya terhadap sub-sistem yang dihadapi.
Dalam menghadapi masalah-masalah industry yang merupakan sistem integral dengan kompleksitas yang tinggi, seringkali dirasakan bahwa teknik-teknik kuantitatif  kurang memadai. Di lain pihak penyelesaian masalah hanya dengan modal pengalaman dan intuisi semata sering dirasakan kurang dalam hal ketetapan dan kepastiannya oleh karena itu diperlukannya disiplin Teknik Industri. Disiplin Teknik Industri dalam hal ini memberikan alternatif untuk menjembatani persoalan-persoalan yang tidak tertangani oleh disiplin keteknikan lainnya dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh disiplin non-teknik (manajemen) didalam menyelesaikan problematic industry.


Kaitan Disiplin Teknik Industri dengan Displin-disiplin yang Lain

Disiplin teknik industri pada dasarnya memiliki kaitan yang erat dengan disiplin-disiplin keteknikan ataupun ilmu yang lain. Disamping berkaitan erat dengan disiplin Teknik Mesin (Mechanical Engineering), maka bidang Teknik Industri akan pula memiliki kaitan dengan Manajemen, Computer Science, Statistik, Operation Research, Human Engineering, Psikologi, Sosio-Ekonomi, System Engineering, dan lain-lain.  Disiplin teknik industri ini pada dasarnya akan banyak terlihat pada hal-hal yang bukan saja menyangkut masalah keteknikan tetapi juga meliputi hal-hal yang non teknis.


Peranan Disiplin Teknik Industri dalam Proses Pembangunan Industri

Dalam konteks disiplin Teknik Industri, maka yang dimaksudkan dengan industry meliputi  semua sistem organisasi usaha, baik yang bergerak disektor produksi barang (manufacturing) maupun jasa (service). Prinsip-prinsip dasar disiplin Teknik Industri secara luas akan mampu diaplikasikan di berbagai sektor lapangan kerja seperti pertanian, rumah sakit, jasa perbankan/asuransi, jasa konsultasi teknik/manajemen, organisasi pemerintahan atau militer, konstruksi, pendidikan/penelitian, jasa transportasi/distribusi, dan sebaginya selain itu industri (pabrik) manufaktur.
Salah satu ciri pemanfaatan secara efektif dari disiplin Teknik Industri adalah untuk produksi massal yang sedikit banyak masih tergantung pada sumber daya manusia. Walaupun per definisi teknik industri adalah ilmu yang mengatur sistem yang terdiri dari manusia, mesin dan material, namun faktor sumber daya manusia justru tetap merupakan sub sistem yang paling menonjol.



TEKNIK PRODUKSI: TINJAUAN SINGKAT TENTANG 
BERBAGAI MACAM PROSES PRODUKSI


Definisi Teknik Produksi

Teknik Produksi yang diterjemahkan dari Production Engineering adalah salah satu disiplin yang terkait erat dan merupakan bagian pokok dari Teknik Industri (Industrial Engineering). Secara definisi, Teknik Produksi bisa dinyatakan sebagai "designing the production process for a product". Dengan demikian di dalam disiplin Teknik Produksi atau sering pula disebut sebagai Teknik Manufaktur (Manufacturing Engineering) akan dibahas segala pertimbangan yang diperlukan dalam kaitannya dengan proses-proses produksi. Disini akan meliputi permasalahan seperti: desain dan pemilihan mesin (process engineering), desain peralatan-peralatan bantu (tools, jigs dan fixtures), estirnasi biaya sistem perawatan (maintenance) dan pengepakan (packaging).


Keterkaitan antara Perancangan Produk dan Perancangan Proses Produksi

Disini ada hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan antara aktivitas-aktivitas perancangan produk, pemilihan material, proses dan peralatan produksi, serta perancangan maupun pemilihan perkakas (tools). Oleh karena itu langkah-langkah ini perlu direncanakan dan dikoordinasikan dengan seksama sejak awal agar dapat diperoleh biaya produksi yang paling ekonomis. Secara ideal seorang perancang produk seharusnya bekerja bersama-sama dengan seorang insinyur produksi sejak awal. Hal ini dimasukkan agar ada jaminan bahwa suatu rancangan produk akan bisa dibuat dengan teknologi (mesin ataupun aktivitas produksi lainnya) yang tersedia pada tingkat biaya yang minimal.


Estimasi Biaya Produksi (Manufacturing Cost)

Estimasi biaya merupakan langkah yang penting didalam kegiatan manufakturing. Biaya-biaya yang berstruktur dalam hal ini akan bisa diklasifikasikan dalam tiga komponen biaya utama, yaitu:

  • Biaya material langsung: yaitu berupa pembiayaan yang dikeluarkan untuk pengadaan material yang diperlukan langsung untuk menghasilkan produk.
  • Biaya pekerjaan langsung: yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah para pekerja langsung (operator mesin misalnya).
  • Biaya overhead: yaitu biaya-biaya produksi yang dikeluarkan selain untuk biaya material atau pekerja langsung. Sebagai contoh biaya material atau pekerja tidak langsung adalah merupakan biaya overhead.

Perencanaan, Pemeliharaan Sistem Produksi

Perawatan secara priodik (preventive maintenance) terhadap mesin atau fasilitas produksi jelas penting untuk diperhatikan. Kalau suatu saat terjadi kerusakan dari mesin ataupun komponen-komponennya sehingga memerlukan perbaikan dan penggantinya maka langkah ini disebut dengan Emergency Maintenance. Emergency Maintenance jauh lebih mahal dibandingkan dengan preventive maintenance, karena hal ini juga harus memperhitungkan biaya yang hilang disebabkan berhentinya kegiatan produksi, rescheduling dari rencana produksi dan sebagainya. Untuk kedua jenis maintenance tersebut penetapan dan perencanaan jadwal kegiatan maintenance, man power dan peralatan yang diperlukan jelas suatu hal yang sangat penting diperhatikan.


Pengorganisasian Kegiatan Produksi dalam Sebuah Industri Manufaktur

Dalam sub-bab ini akan banyak disinggung mengenai pengorganisasian fungsi-fungsi kegiatan produksi dalam sebuah industri manufaktur yang lazim dikenal sebagai "fabricator” karena aktivitas pokoknya adalah melakukan kegiatan fabrikasi, yaitu membuat berbagai macam produk/komponen yang kemudian merakitnya mcnjadi produk akhir untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Banyak industri manufaktur baik skala menengah atau besar yang melaksanakan aktivitasnya seperti yang telah disebutkan. Untuk beberapa industri, puluhan, ratusan bahkan ribuan produk akan mampu dihasilkan. Setiap produk bisa terdiri atas satu atau lebih konsumen. Tentu saja dalam hal ini pengorganisasian maupun koordinasi dari aktivitas-aktivitas produksi yang harus dilakukan tersebut akan sangat kompleks sekali.
Langkah-langkah dalam siklus manufaktur bisa berbeda-beda tergantung pada tipe industri, produk yang dibuat (macam dan jumlah), skala industri, dan/atau gaya manajemen yang diaplikasikan.


Klasifikasi Proses Produksi Berdasarkan Jumlah Produk yang Dihasilkan

Dalam kaitannya dengan jumlah ataupun volume produksi yang dihasilkan, industry manufacturing dapat diklasifikasikan ke dalam 3 tipe yaitu:
  • Job Shop Production
    Job Shop production seringkali disebut sebagai industri yang bekerja berdasarkan pesanan (job order). Jumlah atau volume produksi yang dihasilkan seringkali rendah dan umumnya digunakan untuk memenuhi pesanan yang spesifik oleh karena itu banyak variasi pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh industri semacam ini.
  • Batch Production
    Industri dengan kategori seperti ini akan membuat produk dalam jumlah atau volume dengan skala medium size. Batch production disini seringkali dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan konsumen akan suatu produk secara kontinyu. Disini pabrik memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk pada laju produksi dalam suatu jumlah tertentu yang memungkinkan untuk mengadakan persediaan (investasi), dan kemudian merubah proses produksi untuk menghasilkan macam produk yang lainnya.  
  • Mass Production
    Tipe produksi massal yang diaplikasikan untuk menghasilkan produk dalam jumlah besar tetapi relative sejenis (identical type of product). Mesin dan peralatan produksi cenderung menggunakan tipe special purpose yang tentu saja membawa konsekuensi ke arah investasi yang tinggi pula. Disisi lain keterampilan berproduksi dari manusia akan dialihkan sepenuhnya ke mesin, sehingga hal ini membawa konsekuensi ke arah kebutuhan skill dan operator yang tidak setinggi pada job shop production.

ANALISA DAN METODE PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI (PABRIK) 


Definisi Teknik Produksi

Fasilitas produksi adalah sesuatu yang dibangun, diadakan atau investasikan guna melaksanakan aktivitas produksi. Lokasi pabrik yang dimaksudkan sebagai lokasi dimana fasilitas-fasilitas produksi tersebut diletakan. Lokasi pabrik (plant location) dibedakan dengan tata letak pabrik (plant layout), yang mana lebih menunjukkan kondisi pengaturan fasilitas-fasilitas produksi tersebut dalam sebuah pabrik agar proses produksi bias berjalan secara lancer terutama sekali dengan meninjaunya dari aspek aliran material dari satu proses menuju proses berikunya. Berikut ini adalah alasan-alasan dalam penetapan lokasi pabrik : 

  • Fasilitas produksi membutuhkan sejumlah besar modal yang diinvestasikan dalam jangka panjang.
  • Fasilitas produksi member batasan dan kerangka kerja dari sistem produksi.
  • Pada saat beroperasi dalam yang sangat sulit dan mahal, maka lokasi pabrik harus dipindahkan bilamana lokasi yang sebelumnya dianggap tidak layak.
  • Lokasi pabrik akan memiliki unsure strategis guna memperkuat posisi untuk bersaing dalam rangka penguasaan wilayah pemasaran.
Pemilihan lokasi pabrik yang akan didirikan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang mana tepat tidaknya penentuan lokasi akan bersangkut paut dengan kesuksesan modal yang ditanamkan untuk pendirian pabrik tersebut. Suatu industri pada hakekatnya akan memperluas sistem usahanya bila mana : 

  • Fasilitas-fasilitas yang ada sudah dirasakan jauh ketinggalan.
  • Kebutuhan pasar (market demand) tumbuh dan berkembang melampaui kapasitas produksi yang terpasang.
  • Pelayanan (service) yang tidak mencukupi dan memuaskan konsumennya.
Pada dasarnya lokasi pabrik yang paling ideal adalah terletak pada suatu tempat yang akhirnya mampu memberikan total biaya produksi yang rendah dan keuntungan yang maksimal.


Dasar-Dasar Pemilihan Lokasi Pabrik

Ada dua langkah utama yang diambil dalam proses penentuan lokasi pabrik yaitu pemilihan daerah atau territorial secara umum dan pemilihan berdasarkan size dari jumlah penduduk dan lahan secara khusus.
Pemilihan teritorial secara umum adalah untuk mendapatkan informasi secara umum dan setelah itu ditentukan jumlah penduduknya dan lahan yang dikehendaki secara khusus, yang mana untuk ini alternatif pemilihannya dapat diklasifikasikan ke dalam daerah di kota besar. Sebagai contoh lokasi di daerah terjauh dari keramaian kota akan sangat dikehendaki untuk akan memproduksi bahan peledak. Kondisi umum dalam mengambil peranan dalam proses penentuan lokasi pabrik yaitu : 

1. Lokasi di Kota Besar (city location)

  • Diperlukan tenaga yang terampil dalam jumlah besar
  • Proses produksi tergantung pada fasilitas-fasilitas yang terdapat di kota-kota besar
  • Kontak dengan pemasok dekat dan cepat
  • Sarana transportasi dan komunikasi mudah di dapat
2. Lokasi di Pinggir Kota (sub-urban location)

  • Semi-skill atau fimale labor mudah diperoleh
  • Menghindari pajak yang berat 
  • Tenaga kerja dapat tinggal berdekatan dengan lokasi pabrik
  • Populasi tidak begitu besar sehingga tidak timbul banyak masalah lingkungan 
3. Lokasi Jauh di Luar Kota (country location)

  • Lahan yang luas sangat diperlukan untuk keadaan sekarang maupun rencana yang akan datang
  • Pajak terendah lebih dikehendaki
  • Tenaga kerja tidak terampil dalam jumlah besar lebih dikehendaki
  • Upah buruh lebih rendah dan mudah di dapat baik untuk proses manufacturing produk-produk yang berbahaya.
Lokasi akan menentukkan dekat tidaknya pabrik tersebut ke sumber bahan baku ataupun jasa pemasarannya. Jarak dari pabrik kedua tempat ini akan menentukkan pula metode transportasi yang sebaiknya dipergunakan. Pengaturan dari departemen penerimaan atau pengiriman barang akan mempunyai macam variasi dalam perencanaan letaknya yang harus disesuaikan pula dengan macam dan metoda tranportasi yang digunakan. Selanjutnya kemungkinan adanya ekspansi di masa yang akan datang ikut pula menentukan lokasi pabrik ini.


Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Di Dalam Menetukkan Alternatif Lokasi Pabrik

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan didalam penentuan lokasi dimana fasilitas produksi dari sebuah pabrik seharusnya didirikan. Faktor-faktor tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Production Input/Output
Suatu pabrik biasanya didirikan dengan memperhatikan faktor yang berkaitan dengan lokasi dimana sumber-sumber material input diperoleh dan lokasi dimana hasil-hasil produksi akan di distribusikan. Lokasi pabrik cenderung untuk dipilih berdekatan dengan wilayah pemasaran (potensial customer) bilamana proses produksinya cenderung mengarah ke penggabungan/perakitan dari beberapa material (proses syntetic).

2. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Proses Produksi
Faktor proses (teknologi) yang harus dipertimbangkan di dalam proses pemilihan lokasi pabrik yaitu menyangkut dengan suplay energi dan tenaga. Energi adalah merupakan faktor production input yang sangat memegang peranan kuat untuk kelangsungan industri. Pendirian pabrik pada suatu lokasi tertentu juga akan memepertimbangkan tersedianya tenaga kerja dalam jumlah dan skill yang diperlukan. Tingkat upah yang harus diberikan sering kali menjadi daya tarik untuk meletakan lokasi industri pada wilayah tertentu.

3. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Kondisi Lingkungan Luar
Faktor-faktor terluar yang menunjang kelancaran proses produksi, suplay material maupun distribusi output hasil proses produksi seperti sarana dan prasarana komunikasi atau transportasi merupakan faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan. Sosial budaya masayarakat setempat seperti variabel, demografis atau sikap mental masyarakat terhadap berdirinya industri disekitar mereka sering kali menjadi dasar pertimbangan. Hal-hal yang berkaitan dengan peraturan dan kebijakan pemerintah setempat juga merupakan faktor luar yang menjadi pertimbangan khusus di dalam evaluasi serta penetapan alternatif lokasi.

Pemilihan lokasi pabrik jelas diupayakan untuk memiliki lokasi yang mampu memberikan total biaya yang serendah-rendahnya. Biaya yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini meliputi:

  • Biaya untuk memenuhi kebutuhan input produksi (Ci) seperti biaya bahan baku, biaya energi, dan sebagainya.
  • Biaya-biaya produksi yang diklasifikasikan sebagai overhead cost atau fixed cost.
  • Biaya untuk pendistribusian output yang dihasilkan sampai di tangan konsumen yang memerlukannya.

Metode-Metode Pemilihan Dan Penetapan Alternatif Lokasi Pabrik

Untuk menentukan alternatif lokasi fasilitas produksi (pabrik) yang sebaiknya didirikan, maka ada beberapa cara/metode yang dikenal seperti metode ranking procedure, metode analisa pusat gravitasi, dan metode transportasi program linier.

1. Pemilihan Alternatif Lokasi Dengan Metode Rangking Procedure
Metode ini lebih bersifat kualitatif atau subyektif. Metode ini sangat sesuai jika diaplikasikan untuk problema yang sangat sulit untuk dikuantifikasikan. Adapun langkah-langkah analisa sebagai berikut :

  • Identifikasikan faktor-faktor yang relevan dan memiliki signifikasi yang berkaitan dengan proses pemilihan lokasi pabrik
  • Pemberian bobot untuk masing-masingfaktoryang telah diidentifikasikan
  • Lakukan penilaian (skor) untuk masing-masing faktor yang di identifikasikan untuk masing-masing alternatif lokasi yang akan dievaluasi
  • Hitung total nilai (bobot faktor x skor faktor) untuk masing-masing alternatif lokasi
2. Pemilihan Alternatif Lokasi Dengan Metoda Analisa Pusat Gravitasi
Metoda analisa pusat gravitasi dalam hal ini dibuat dengan memperhitungkan jarak masing-masing lokasi sumber material atau wilayah pemasaran dengan lokasi pabrik yang direncanakan.
Kendala di dalam analisa pusat gravitasi ialah adanya perbedaan biaya distribusi dan produksi untuk setiap lokasi dimana dalam formula yang ada tidak diperhitungkan. 

3. Pemilihan Alternatif Lokasi Pabrik Dengan Metoda Analisa Transportasi Programa Linier (The Least Cost Assignment Routine Method)
Formulasi transportasi programa linier dipergunakan untuk menentukkan pola distribusi yang terbaik dari lokasi pabrik wilayah pemasaran tertentu. Metode yang paling sederhana, cepat, dan mudah untuk penyelesaian masalah transportasi dikenal sebagai Metoda Heuristics. Metoda Heuristics bertujuan untuk meminimumkan total cost untuk alokasi atau distribusi suplay produk pada setiap lokasi tujuan. Metoda Heuristics ini meskipun sederhana, cepat atau mudah dan selalu dimulai dengan biaya terkecil tetapi tidaklah member jaminan bahwa hasil agennya akan optimal

No comments:

Post a Comment