February 16, 2017

Manajemen Industri Bagian II

TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI 
DALAM SEBUAH PABRIK


Seperti halnya dengan penentuan lokasi, maka phase perencanaan tata letak fasilitas produksi juga merupakan suatu perencanaan yang penting. Karena pabrik/industri harus beroperasi dalam jangka waktu yang lama, maka kesalahan didalam analisis dan perencanaan layout akan menyebabkan kegiatan produksi berlangsung tidak efektif dan efisien.
Pemilihan material handling cost  sebagai kriteria tujuan/keberhasilan dari layout design disebabkan oleh beberapa alasan pokok, yaitu:

  • Biaya material handling  cukup besar dan terjadi secara kontinyu disamping itu juga termasuk dalam klasifikasi biaya variabel.
  • Biaya material handling dengan mudah akan dapat dihitung.
  • Biaya material handling seringkali akan sangat dipengaruhi oleh desai layout-nya sendiri.


Macam dan Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi

Tata Letak Produksi Berdasarkan Aliran Produk
Dengan memakai tata letak tipe aliran produk (product layout), maka segala fasilitas-fasilitas untuk proses produksi (baik proses fabrikasi maupun perakitan) akan diletakkan berdasarkan garis aliran (flow line) dari produk tersebut. Beberapa pertimbangan-pertimbangan berikut ini akan merupakan dasar utama didalam penetapan tata letak fasilitas produksi berdasarkan aliran produk, yaitu:

  • Hanya ada satu atau beberapa standard produk yang dibuat.
  • Produk dibuat dalam jumlah/volume besar untuk jangka waktu relatif lama.’
  • Adanya kemungkinan untuk melakukan motion and time study guna menentukan laju produksi per satuan waktu.
  • Adanya keseimbangan lintasan (line balancing) yang baik antara operator danperalatan produksi, setiap mesin diharapkan menghasilkan jumlah produk per satuan waktu yang sama.
  • Memerlukan aktivitas inspeksi yang sedikit selama proses proses produksi berlangsung.
  • Satu mesin hanya digunakan untuk melaksanakan satu macam operasi kerja dari jenis komponen yang serupa.
  • Aktivitas pemindahan bahan dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya dilaksanakan secara mekanis, umumnya dengan menggunakan conveyor.
  • Mesin-mesin yang berat dan memerlukan perawatan khusus jarang sekali dipergunakan dalam hal ini. Mesin produksi yang diaplikasikan biasanya dipilih tipe special purpose machine.

Selanjutnya keuntungan-keuntungan yang bisa diperoleh untuk pengaturan berdasarkan aliran produk dapat dinyatakan sebagai berikut:

  • Biaya material handling rendah karena disini aktivitas pemindahan bahan menurut jarak yang terpendek. Hal ini bisa teradi karena layout diatur berdasarkan urutan operasi sehingga menghasilkan garis aliran produksi yang lancar dan logis.
  • Total waktu yang dipergunakan untuk produksi relatif singkat.
  • Work process jarang terjadi karena lintasan produksi sudah diseimbangkan dan output dari satu proses langsung akan dipergunakan sebagai input dalam proses berikutnya.
  • Adanya insentive bagi kelompok karyawan akan dapat memberikan motivasi guna meningkatkan produktivitas kerjanya. Selain itu tidak diperlukan operator yang memiliki skilI terlalu tinggi, sehingga biaya operator relatif rendah.
  • Tiap unit produksi atau stasiun kerja memerlukan luas area yang mininmal, karena disini tidak diperlukan work-in process storage.
  • Perencanaan dan pengendalian proses produksi akan mudah dilaksanakan.

Kekurangan atau kerugian dalam ap1ikasi product layout:

  • Adanya breakdown dari satu mesin akan menyebabkan seluruh aliran produksi akan berhenti pula. Disini tidak dimungkinkan untuk mengalihkan ke aliran kegiatan produksi yang lain karena bisa mengganggu.
  • Karena layout diatur berdasarkan macam produk yang akan dibuat, maka perubahan didalam produk akan memerlukan perombakan yang prinsipil dari aliran produk atau layoutnya.
  • Laju proses produksi atau siklus waktu kegiatan akan ditentukan oleh proses mesin yang paling lambat.
  • Investasi yang tinggi untuk mesin yang dipergunakan (special purpose machine) dan seringkali pula dijumpai adanya ketidak-efisienan didalam utilisasi mesin


Tata Letak Produksi Berdasarkan Aliran Proses
Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout) seringkali disebutkan pula dengan functional layout adalah metode pengaturan dan penempatan dari mesin dan segal fasilitasproduksi dengan tipe/macam yang sama dalam sebuah departemen. Dasar-dasar pertimbangan didalam menetukan layout berdasarkan aliran proses ini:

  • Produk yang dibuat terdiri dari berbagai macam model/tipe produk. Volume dari setiap produk dibuat dalam jumlah kecil dan jangka waktu yang relatif singkat pula.
  • Aktivitas motion & time study untuk menentukan metoda dan waktu standard kerja sulit dilaksanakan karena jenis kegiatan yang berubah-ubah.
  • Sulit untuk mengatur keseimbangan kerja (line balancing), antara kegiatan manusia dan mesin.
  • Memerlukan pengawasan yang banyak selama langkah-langkah sedang berlangsung.
  • Satu tipe mesin biasanya mampu melakukan berbagai macam fungsi atau operasi kerja. Mesin dalam hal ini dipilihkan dalam tipe general purpose machine.
  • Banyak menggunakan peralatan berat khususnya untuk kegiatan material handling dan memerlukan perawatan khusus.

Analisa keuntungan aplikasi layout menurut aliran proses, yaitu:

  • Total investasi yang rendah untuk pembelian mesin dan/atau peralatan produksi lainnya karena disini yang dipergunakan adalah mesin-mesin dengan tipe yang umum (general purpose). 
  • Mudah untuk mengatasi breakdown mesin, yaitu dengan cara memindahkannya ke mesin yang lain tanpa khawatir akan mengganggu aliran produk yang lain.
  • Kemungkinan adanya aktivitas supervisi yang lebih baik dan efisien melalui spesialisasi kerja. Bagi operator mesin juga dimungkinkan adanya tawaran untuk menjalankan fungsi keria yang lain (diversifikasi kegiatan) sehingga hal ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja.


Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout) memiliki beberapa hambatan (kerugian) seperti:

  • Karena garis produksi jauh lebih panjang, maka material handling cost juga lebih mahal.
  • Total waktu produksi biasanya akan lebih lama. Disamping itu juga sejumlah besar work-in process layout akan dijumpai karena disini waktu operasi dari stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya sulit untuk diseimbangkan.
  • Karena diversifikasi produk yang dihadapi (job order), maka diperlukan operator yang memiliki skill tinggi untuk mengoperasikan mesin untuk berbagai jenis produk yang ingin dihasilkan tersebut.
  • Sistem perencanaan dan pengendalian produksi akan jauh lebih kompleks dan membutuhkan ketelitian didalam ana1isisnya. Hal ini terutama menyangkut pembebanan mesin, pengendalian persediaan, dan lain-lain.


Tata Letak Produksi Berdasarkan Posisi Tetap
Untuk tata letak berdasarkan posisi tetap, material dan komponen dari produk utamanya akan tinggal tetap pada posisi/lokasinya, sedangkan fasilitas produksi seperti tools, mesin, manusia serta komponen-komponen kecil lainnya akan bergerak rnenuju lokasi material atau komponen produk utama tersebut. Contoh nyata layout tipe ini bisa dijumpai dalam industri perakitan pesawat terbang, ship building, dan lain-lain.


Perencanaan Tata Letak Secara Sistematis

Suatu pendekatan sistematis dan terorganisir untuk perencanaan tata letak fasilitas produksi lebih diintroduksikan oleh Richard Muther (1973) yang dikenal dengan Systematic Layout Planning (SLP). SLP banyak diaplikasikan untuk berbagai macam persoalan, meliputi problem produksi, transportasi, pergudangan, supporting services, dan aktivitas-aktivitas yang dijumpai dalam perkantoran (office layout).

1. Langkah Awal: Pengumpulan Data Masukan & Aktivitas
Agar analisa layout bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka terlebih dahulu perlu dikumpulkan data yang berkaita dengan aktiviatas pabrik seperti desain produk yang akan dibuat, proses dan penjadwalan (schedule) kerja, dan lain-lain.

Langkah 1: Analisa Aliran Material
Analisa aliran material (flow of materials analyst) akan berkaitan dengan usaha-usaha analisa pengukuran kuantitatif untuk setiap perpindahan gerakan material diantara departemen-departemen atau aktivitas-aktivitas operasional.

Langkah 2: Analisa Hubungan Aktivitas Kerja
Analisa aliran material dengan aplikasi dalam bentuk peta proses (flow process chart) cenderung untuk mencari hubungan aktivitas pemindahan material secara kuantitatif. Sebagai tolak ukur disini adalah total material handling yang minimal.

Langkah 3: Penyusunan String Diagram
Langkah ini mencoba merangkum langkah 1 dan 2, dimana posisi mesin akan diatur letaknya dan kemudian dihubungkan dengan garis (string) sesuai dengan jarak pemindahan materialnya.

Langkah 4: Kebutuhan Luas Area
Langkah ini bisa disebut dengan langkah “penyesuaian”. Disini penyesuaian harus dilaksanakan dengan memperhatikan luas area yang diperlukan.

Langkah 5: Pertimbangan Terhadap Luas Area yang Tersedia
Dalam beberapa kasus untuk problem relayout, seringkali layout yang didesain harus disesuaikan dengan luas bangunan pabrik yang tersedia.

Langkah 6: Pembuatan Space Relationship Diagram
Langkah ke-6 pada dasarnya merupakan modifikasi dari langkah 3. Dengan menggunakan pertimbangan yang telah dilakukan di langkah 4 dan 5, maka layout yang direncanakan dapat dikonstruksikan secara sebenarnya berdasarkan string diagram yang sudah tersusun dalam langkah 3 tersebut.

Langkah 7 & 8: Modifikasi Layout Berdasarkan Pertimbangan Praktis
Hal-hal yang berkaitan dengan bentuk bangunan, letak kolom penyangga, lokasi piping sistem, dan lain-lain merupakan dasar pertimbangan untuk memperbaiki alternatif desain layout yang diusulkan

Langkah 9 & 10: Pemilihan & Evaluasi Alternatif Layout 
Langkah terakhir ini adalah untuk mengambil keputusan terhadap usulan cesain layout yang harus dipilih/diaplikasikan.


PERANCANGAN TATA CARA DAN 
PENGUKURAN KERJA


Di dalam perancangan stasiun kerja yang efektif dan efisien (serta tidak boleh dilupakan faktor aman, sehat dan nyaman) maka hal pokok yang dipelajari disini akan berkaitan dengan prosedur-prosedur yang harus ditempuh didalam pelaksanaan kerja terutama sekali yang menyangkut metoda atau tata cara kerja. Disini hal-hal yang berhubungan dengan gerakan-gerakan (motion) kerja ataupun metoda kerja yang sederhana dan mudah dilaksanakan haruslah dianalisa serta diaplikasikan. Prinsip ekonomi gerakan (motion economy) ataupun penyederhanaan kerja (work-simplification) merupakan satu landasan yang penting didalam analisis desain kerja dan harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pengukuran kerja.


Penyederhanaan Kerja (Work Simplification) Sebagai Upaya Perbaikan Rancangan Tata Kerja

Penyederhanaan kerja pada hakikatnya bertujuan untuk mencari cara kerja yang lebih mudah, lebih cepat, lebih efisien dan menghindari pemborosan-pemborosan material, waktu, tenaga, dan lain-lain. Untuk melaksanakan penyederhanaan kerja dapat dinyatakan dalam 5 (lima) langkah sebagai berikut:

  • Pemilihan kegiatan kerja yang diperbaiki. Langkah in merupakan langkah awa1 yang harus dilaksanakan. Kegiatan kegiatan yang dianggap tidak efisien, penyelesaiannya lambat, dan lain-lain akan merupakan pertimbangan pokok dalam pemilihan obyek studi.
  • Pengumpulan dan pencatatan data/fakta. Langkah kedua adalah mengumpulkan dan mencatat semua data/ fakta yan berkaitan dengan metoda kerja yang selama ini dilaksanakan menyangkut antara lain informasi-informasi yang berkaitan dengan urutan kegiatan, gerakan-gerakan kerja, layout, dan lain-lain.
  • Analisa terhadap langkah-langkah kerja. Metoda kerja yang dilaksanakan sekarang dianalisa. Langkah-langkah yang dinilai tidak efisien dicari sebab-sebabnya dan dicari altenatif pemecahannya agar menjadi lebih baik.
  • Usulan dan pengujian alternatif metoda kerja yang lebih baik. Dari langkah analisis yang dilaksanakan sebelumnya maka diusulkan kemudian langkah atau metoda kerja yang dianggap lebih efektif dan efisien. Sebelum usulan tersebut diputuskan sebagai alternatif terpilih terlebih dahulu perlu diuji-cobakan.
  • Aplikasi dan evaluasi metoda kerja baru. Langkah terakhir adalah mengaplikasikan alternatif metoda kerja yang lebih baik untuk menggantikan metoda kerja lama dan kemudian mengevaluasinya kembali bilamana dirasakan perlu perbaikan.


Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan (Motion Economy) Sebagai Landasan Pokok Perancanaan Tata Cara Kerja

Didalam menganalisa dan mengevaluasi metoda kerja guna memperoleh metoda kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (the principles of motion economy) Prinsip ekonomi gerakan ini bisa dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya.


Ergonomi: Faktor Manusia dalam Sebuah Sistem 

Salah satu dari faktor-faktor yang penting~ing menunjukkan karakteristik masyarakat industri yang hidup di negara maju ialah banyaknya orang yang hidup dalam lingkungan fisik yang merupakan hasil budidaya manusia (man-made). Hal ini akan kontras sekali dengan kehidupan masa lampau disaat kebanyakan dari mereka masih hidup dalam lingkungan alam yang asli (natural environment). Hasil-hasil fisik buatan manusia meliputi banyak hal seperti: bangunan gedung, mesin, peralatan kerja, kendaraan, jalan raya, dan lain-lain.
Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggris-nya) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti keria dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.
Human engineering atau sering pula disebut sebagai ergonomi didefinisikan sebagai perancangan “man-machine interface” sehingga pekerja dan mesin (atau produk lainnya) bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai sistem manusia-mesin yang terpadu. Disiplin human engineering atau ergonomi banyak diaplikasikan dalam berbagai proses perancangan produk (man-made objects) ataupun operasi kerja sehari-harinya.
Dari industri singkat yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik beberapa pokok-pokok kesimpulan mengenai disiplin ergonomi, yaitu sebagai berikut:

  • Fokus perhatian dari ergonomi ialah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia didalam perancangan “man-made objects” dan lingkungan kerja. Pendekatan Ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan dan keterbatasan manusia, baik secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral. Secara sistematis pendekatan Ergonomi kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan dapat tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia.
  • Secara definitif Ergonomi bisa dinyatakan sebagai “a dicipline concerned with designing man-made objects (equipments) so that people can use them effectively and safety and creating environments suitable for human living and work”. Dengan demikian jelas bahwa pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan “functional effectiveness” dan kenikmatan-kenikmatan pemakaian dari peralatan, fasilitas maupun lingkungan kerja yang dirancang.
  • Maksud dan tujuan utama dari pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. 
  • Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. 


Interaksi Manusia dan Mesin dalam Sebuah Sistem Kerja (Man-Machine Systems)

Pendekatan sistem (system approach) akan dimaksudkan sebagai pendekatan yang memperhatikan setiap permasalahan secara total atau terpadu (integral). Pemecahan masalah dalam hal ini harus dianalisa dengan melihat keterkaitan antara satu sistem dengan sub-sistem yang lainnya. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan sistem manusia-mesin ialah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin, dimana salah satu dengan lainnya akan saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh.
Dengan mesin maka disini akan diartikan secara luas, yaitu mencakup semua obyek fisik seperti mesin, peralatan, perlengkapan fasilitas dan benda-benda yang biasa dipergunakan dalam sistem manusia-mesin


Penelitian Kerja dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Produktivitas

Analisa dan penelitian kerja, istilah yang diterjemahkan dari kata Work Study, Work Design atau Job Design adalah suatu aktivitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik mendapatkan rancangan sistem dan tata keria yang paling efektif dan efisien. Prinsip maupun teknik-teknik tersebut diaplikasikan guna mengatur komponen-komponen kerja yang terlibat dalam sebuah sistem kerja seperti manusia (dengan memperhatikan kelebihan maupun keterbatasannya), bahan baku, mesin, fasilitas kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja yang tinggi yang diukur dari waktu yang dikonsumsikan, tenaga (energi) yang dipakai serta dampak sosio-psikologis yang ditimbulkannya.
Pada hakikatnya maka aktivitas penelitian kerja ini akan mencoba menganalisa dan meneliti tiga hal, yaitu:

  • Siapa (who) yang akan melaksanakan kegiatan/kerja tersebut Sudahkah pekerja yang akan melaksanakan kegiatan ini dipilih sesuai dengan persyaratan (job requiremen)t yang ada?
  • Bagaimanakah (how) kegiatan tersebut akan diselesaikan? Adakah metode kerja yang diterapkan sudah dirancang dengan sebaik-baiknya ditinjau dari aspek kecepatan, kesederhanaan, kemudahan maupun ketelitian penyelesaiannya Bagaimanakah dengan penggunaan fasilitas kerja, apakah sudah dipilihkan fasilitas kerja yang mampu diaplikasikan guna memberikan penyelesaian dan hasil keria yang lebih efektif dan efisien?
  • Dimanakah (where) kegiatan tersebut diselenggarakan? Apakah lingkungan dan kondisi tempat kerja sudah dirancang secara layak, guna memberikan kenyamanan dan keamanan bagi manusia maupun fasilitas kerja yang diinvestasikan dengan nilai mahal ?


Pengukuran Kerja: Macam dan Prosedur Penetapan Waktu (Out-Put Standard)

Pengukuran kerja yang dimaksudkan disini adalah pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini dengan sendirinya akan berkaitan erat dengan usaha menetapkan waktu baku (standard time). Secara historis dijumpai dua macam pendekatan didalam menentukan waktu baku ini, yaitu pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down).
Untuk menjelaskan prosedur penentuan waktu baku dengan pendekatan bottom-up maka terlebih dahulu dipahami beberapa definisi berikut:

  • Waktu normal (normal time). Waktu yang diperlukan untuk seorang operator yang terlatih dan memiliki ketrampilan rata-rata untuk melaksanakan suatu aktivitas dibawah kondisi dan tempo kerja normal. Waktu normal disini tidak termasuk waktu longgar yang diperlukan untuk melepas lelah ataupun delay yang diperlukan bilamana kegiatan kerja tersebut harus dilaksanakan dalam waktu sehari penuh (8 jam/hari).
  • Tempo kerja normal (normal pace). Merupakan tempo kerja atau performansi kerja yang ditunjukkan oleh seorang operator yang memiliki ketrampilan rata-rata, terlatih baik dan dengan kesadaran tinggi mau bekerja secara “normal” (tidak terlalu cepat tetapi juga tidak terlalu lambat) selama 8 jam/hari (1 shift kerja)
  • Waktu pengamatan (actual time). Adalah waktu pengamatan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran waktu yang diperlukan seorang operator untuk menyelesaikan sebuah aktivitas atau elemen kerja.
  • Kelonggaran waktu (allowance time). Merupakan sejumlah waktu yang harus ditambahkan dalam waktu normal (normal time) untuk mengantisipasi terhadap kebutuhan-kebutuhan waktu guna melepaskan lelah (fatique), kebutuhan-kebutuhan yang bersifat pribadi (personal needs) dan kondisi-kondisi menunggu/menganggur baik yang bisa dihindarkan ataupun tidak bisa dihindarkan.


Pengukuran waktu kerja akan menghasilkan waktu atau output standard yang mana hal tersebut kemudian bermanfaat untuk:

  • man power planning
  • estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan/pekerja
  • penjadwalan produksi dan penganggaran
  • perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan atau pekeria yang berprestasi.
  • indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.


Umumnya penetapan waktu standard dilaksanakan dengan cara pengukuran kerja, seperti:

  • Stopwatch Time Study
  • Sampling Kerja (Work Sampling & Rasio Delay Study)
  • Standard Data
  • Predetermined Motion Time System

Stopwatch Time Study dan Sampling Kerja adalah cara pengukuran kerja secara langsung. Keduanya umum diaplikasikan guna menetapkan waktu standard ataupun mengukur kondisi kerja yang tidak produktif.


ORGANISASI INDUSTRI DAN KOMPENSASI 
FINANSIAL 


Teori tentang Organisasi Kerja di Industri

Disini teori atau prinsip tentang organisasi kerja bisa dikelompokkan ke dalam tiga pemikiran atau pandangan, yaitu:

  • Pertama, teori klasik yang menekankan pada pendekatan ilmiah (scientific management) dan, teori organisasi klasik (classical organization theory),
  • Kedua, teori yang lebih menekankan pada hubungan antar manusia dan perilaku-perilakunya (behavioral theory), dan
  • Ketiga, teori yang mengembangkan pendekatan-pendekatan kuantitatif untuk menghadapi problem-problem organisasi yang kompleks dengan mengaplikasikan model dan perhitungan matematis (management science, operation search, dan lain-lain).


Pandangan Klasik tentang Organisasi Kerja

Istilah organisasi konon berasal dari kata “organ” yang berarti alat, perkakas, komponen, dan sebagainya. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan organisasi tak pelak diartikan sebagai upaya untuk menyusun organ-organ tadi dalam suatu kesalahan fungsi yang mengarah ke suatu tujuan yang telah diidentifikasikan dan diformulasikan sebelumnya.
Bilamana mesin dimaksudkan sebagai suatu kumpulan organ-organ mekanik atau onderdil-onderdil yang ditata ke dalam satu kesatuan wujud mekanik yang dapat dioperasikan untuk memenuhi fungsi kerja tertentu, maka organisasi kerja dalam hal ini bisa pula diartikan sebagai kumpulan dari satuan-satuan kegiatan seringkali disebut dengan peranan dan jabatan yang ditata dalam satu-kesatuan tunggal yang operasional. Satuan-satuan kegiatan tersebut akan terdiri atas oknum-oknum manusia yang memiliki Peran dan jabatan yang sudah ditentukan dan ditetapkan oleh perancang organisasi kerja.


Pandangan Baru tentang Pentingnya Faktor Manusia dalam Organisasi Kerja

Teori ataupun konsepsi mengenai pendekatan klasik ternyata banyak menjumpai kritik maupun keterbatasan didalam aplikasinya di lapangan. Harapan mengenai tercapainya peningkatan produktivitas dan suasana kerja yang harmonis ternyata tidak bisa diperoleh sepenuhnya. Manajemen industri dalam hal ini masih mempunyai banyak kesulitan dan rasa frustasi, karena ternyata performans pekerja tidak selalu bisa mengikuti prediksi ataupun pola perilaku rasional yang telah dibayangkan sebelumnya.
Untuk mengendalikan sebuah perangkat mesin mekanik, orang tinggal memencet sebuah tombol switch on -switch off. Mengontrol tombol berarti mengontrol seluruh operasi kerja mesin tersebut. Dengan demikian seorang insinyur pada saat merancang sebuah mesin ataupun mekanisme kerja lainnya (harap diingat bahwa ciri khas dari profesi keinsinyuran ini tidaklah terlepas dari kemampuan dan kreativitasnya untuk merancang bangun), insinyur tersebut harus merancang tata-tertib operasional mesin dan segala tata cara pengendaliannya. Manusia adalah "mesin" dengan program yang berubah-ubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada sang pengendalinya (manajemen).


Organisasi Industri, Pendekatan Sistem dan Permodelannya

Organisasi terdiri dari sekumpulan manusia yang memiliki peran, jabatan atau fungsi masing-masing dan bersepakat melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sebuah organisasi yang berbentuk secara formal akan memiliki kejelasan-kejelasan dalam hal:

  • Struktur formal melalui wadah-wadah yang diwujudkan dalam departemen-departemen yang ada.
  • Peran dan fungsi yang dinyatakan dalam wewenang dan tanggung jawab masing-masing yang sesuai dengan deskripsi jabatannya.
  • Hirarki dan interaksi hubungan antar masing-masing wadah yang berstruktur tadi.

Organisasi dengan berbagai tipenya (industri, perusahaan, perguruan tinggi, ormas/ orpol, dan sebagainya) dapat dikelompokkan menurut model-modelnya sebagai berikut:

  • Community Model. Model yang dilihat sebagai sebuah kumpulan orang. Disini organisasi diasumsikan memiliki sejumlah nilai yang didukung dan menyatukan para anggotanya dalam suasana yang bebas dan akrab seperti halnya yang mereka jumpai di rumah masing-masing (suasana yang lazim disebut dengan “at home”). Semakin besar struktur dan volume organisasi akan memperlemah asumsi ini.
  • Bureaucratic Model. Model ini akan melihat organisasi sebagai suatu sosok yang memiliki bentuk struktur yang: tersusun secara hirarkis dan berdasarkan fungsi-fungsi serta tugas-tugas yang terspesialisasi secara konkrit, berjalan berdasarkan aturan-aturan yang rasional dan tidak pandang bulu (impersonal), terkoordinasi untuk diarah-kendalikan menuju tercapainya sasaran-sasaran tertentu. Semakin besar volume ini. Model ini memiliki kesan yang formal dan umumnya diaplikasikan untuk organisasi-organisasi usaha.
  • Conflict Model. Model ini akan melihat organisasi sebagai sekumpulan manusia yang memiliki kepentingan yang berbeda bahkan cenderung bertentangan satu dengan yang lainnya.
  • Multiversity Model. Organisasi akan dipandang sebagai wadah atau tempat bergabungnya berbagai macam manusia atau kelompok manusia yang tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kebudayaan berbeda.


Pengorganisasian sebagai Fungsi Dasar Manajemen

Istilah organisasi cenderung diartikan sebagai wadah atau tempat berrhimpunnya komponen-komponen organisasi (manusia dan segala fasilitas kerjanya) yang ditata untuk membentuk sebuah struktur rancang bangun. Di lain pihak kalau kita menyebutkan istilah “pengorganisasian” sebagai kata kerja, maka hal ini akan berarti proses kegiatan untuk merekayasa komponen-komponen organisasi tadi agar bisa membentuk struktur rancang bangun dan berfungsi memenuhi kebutuhan yang dikehendaki. Pengorganisasian (organizing) merupakan salah satu fungsi dasar manajemen selain perencanaan (plarnning), penggerakan (actuating) dan pengendalian (controlling). Dengan pengorganisasian, maka selain dilakukan pembentukan departemen-departemen, penetapan wewenang, tanggung jawab, hirarki organisasi, yang tidak kalah pentingnya adalah penetapan orang-orang yang layak dan tepat untuk menduduki jabatan-jabatan tersebut.


Organisasi Indutri dan Kiat Pengelolaannya

Dunia Industri merupakan suatu organisasi kerja yang sangat kompleks, disini akan dijumpai banyak sumber-sumber input yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Manajemen harus mampu mengalokasikan secara optimal segala sumber untuk di“input”kan ke dalam langkah-langkah operasional yang ada. Selain itu harus juga mampu mengindentifikasi dan mengevaluasi hubungan/interaksi dari komponen-komponen dari sistem organisasi kerja yang terlihat. Berhadapan dengan faktor produksi pasif (obyek berupa material fisik atau mesin) maka disini manajemen akan menjumpai segala sesuatu yang serba pasti; dimana semua problem yang dihadapi mampu diidentifikasikan secara nyata melalui analisis perhitungan dan logika-logika yang rasional.
Perbedaan wawasan yang harus dihadapi oleh manajemen di dalam mengelola material/mesin (sumber produksi pasif) dan manusia (sumber produksi aktif) selanjutnya dapat diskematiskan sebagai benkut:
Sumber Produksi Pasif (Material, Mesin, dan sebagainya)

  • Problem terdefinisi/terformulasi secara jelas dan nyata. 
  • Obyek yang dihadapi berupa fisik (material sub-system). 
  • Permasalahan serba eksak/pasti (complete certaity).
  • Asumsi yang diambil cenderung berlaku selamanya (kontinyu).
  • Segala keputusan yang diambil berdasarkan data konkrit dan perhitungan-perhitungan secara analitis dan kuantitatif.

Sumber Produksi Aktif (Manus~)

  • Problem sulit didefinisikan/diformulasikan jelas dan nyata.
  • Obyek yang dihadapi berupa manusia dengan perilaku-perilakunya (human sub-system).
  • Permasalahan tidak pasti, sulit diduga dan berubah-ubah.
  • Asumsi terputus putus dan tidak tentu/kontinyu.
  • Keputusan cenderung menggunakan kepekaan, intuisi, pertimbangan rasa, seni, dan kiat menghadapi manusia.


Organisasi Industri: Struktur dan Prosedur Pembentukannya

Pengorganisasian merupakan langkah menuju pelaksanaan rencana (planning) yang telah disusun sebelumnya. Sebagai sebuah proses manajemen, proses pengorganisasian akan meliputi rangkaian kegiatan yang bermula pada orientasi terhadap tujuan yang direncanakan untuk dicapai dan berakhir pada saat kerangka (struktur) organisasi yang dibuat telah dilengkapi dengan prosedur, metode kerja, kewenangan, personalia dan fasilitas yang dibutuhkan. Secara berurutan prosedur pengorganisasiar tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • Perumusan tujuan. Disini akan dirumuskan secara jelas mengenai bidang, ruang lingkup sasaran, keahlian dan ketrampilan dari personalia yang terlibat, peralatan maupun fasilitas kerja yang diperlukan, jangka waktu dan cara pencapaian.
  • Pengelompokan kegiatan sesuai fungsi-fungsinya. Kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tujuan organisasi sangat banyak dan bervariasi sekali. Antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain ada yang sama, memiliki kaitan erat, tetapi ada pula yang tampak jelas perbedaannya.
  • Departementasi. Adalah proses untuk mempertegas fungsi dengan memberikan wadah konkrit berupa satuan-satuan organisasi. 
  • Penetapan otoritas. Otoritas organisasi pada hakikatnya menyangkut pemberian hak atau kekuasaan untuk bertindak atau memberi perintah ataupun menimbulkan tindakan-tindakan terhadap orang lain.
  • Staffing. Proses staffing adalah penempatan orang pada satuan-satuan organisasi yang telah dibentuk dalam proses departementasi.
  • Facilitating. Proses facilitating disini dimaksudkan untuk memberikan kelengkapan organisasi lain yang “non-human” yaitu berupa fasilitas ataupun peralatan materiil dan keuangan.

Sebuah struktur akan menunjukkan rancangan organisasi yang utama. Sebagian besar organisasi pada saat sekarang ini akan memiliki struktur yang diambilkan dari lima alternatif bentuk struktur seperti:

  • Simple structure. Strukur yang sederhana sekali yang dilaksanakan sebagai struktur yang tidak formal. Tipe ini umum dijumpai dalam perusahaan berskala kecil, dimana manajer umumnya juga pemilik dari pemilik dari perusahaan itu sendiri.
  • Functional structure. Disini organisasi diatur berdasarkan pengelompokan aktivitas dan tugas yang sama untuk membentuk unit unit kerja seperti produksi/operasi, pemasaran, keuangan personalia, dan sebagainya yang memiliki fungsi yang terspesialisasi.
  • Multidivisional structure. Bilamana sebuah organisasi usaha melakuan diversifikasi terhadap produk yang dikeluarkannya, atau lini pelayanannya (yang meliputi area geografis yang lebih luas dan memaksanya untuk menggunakan jalur pemasaran yang berbeda pula), ataupun harus melayani kelompok pelanggan yang berbeda dengan yang biasa dilayani sebelumnya, maka digunakan struktur organisasi divisi banyak (multidivision structure orgninization) dicoba untuk diaplikasikan.
  • Strategic business unit structure. Beberapa organisasi akan menjumpai banyak kesulitan untuk mengendalikan operasi dari divisi-divisinya yang semakin bertambah banyak. Dalam kondisi seperti itu, maka diperlukan satu penambahan lapisan (level) manajemen agar azas rentang kendali bisa dipenuhi. Satu cara yang dianggap efektif disini adalah mencoba mengelompokkan divisi dalam satuan urut yang memiliki elemen strategis yang sama. 
  • Holding Company Structure. Holding Company adalah sebuah perusahaan yang sangat padat dengan investasi. Disini peranan dari perusahaan induk terhadap anak perusahaannya tidaklah terlalu dominan terutama keterlibatannya dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis.
  • Matrix structure. Struktur organisasi matrix merupakan kombinasi dari berbagai macam struktur. Biasanya dalam hal ini berbentuk divisi produk, geografis area, fungsional, aktivitas khusus (project) yang kemudian dioperasikan secara bergandengan dengan struktur divisi utamanya.

Perencanaan Organisasi di Masa Depan

Untuk bertahun-tahun Iamanya struktur dasar yang dipergunakan untuk membuat rancangan organisasi adalah berbentuk piramidal (the classic pyramid). Meskipun kondisi ini masih tetap akan dipertahanakan oleh sebagian besar organisasi yang ada, tetapi beberapa pemikiran d ngan mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di masa datang, melihat rancangan organisasi di masa depan tidak akan lagi berbentuk struktural yang berorientasi piramidal melainkan akan menampakkan diri daIam bentuk lain yang memiliki ciri-ciri seperti:

  • Jumlah tingkatan manajemen yang lebih baik. Organisasi masa depan tampaknya ingin mengurangi kesenjangan baik fisik maupun psikologis antara level puncak dan bawah dari struktur yang ada.
  • Adhocracy & Porous Departements. Organisasi masa depan kiranya cenderung akan lebih akomodatif untuk menerima konsep “adhocracy” yaitu suatu federasi dari unit-unit aktivitas yang relatif memiliki kebebasan beroperasi dengan semangat entrepreneur.
  • Pelepasan sistem dari ikatan strukturnya. Konsep yang ingin diterapkan dalam rancangan organisasi masa depan ini adalah bahwa sistem yang diterapkan haruslah dikaitkan dengan prestasi individu, bukannya pada unit organisasi yang bersangkutan ditempatkan.
  • Pemakaian secara bersama segala sumber (resources) yang digunakan. Kekuatan-kekuatar yang dimiliki dari organisasi berupa sumber-sumber untuk aktivitas produksi, pemasaran, engineering, keuangan dan sebagainya yang dikelola secara bersama dan tersentralisir akan membuat organisasi lebih efektif dan efisien didalam menghadapi kesempatan-kesempatan usaha yang muncul.


Analisa dan Evaluasi Jabatan

Analisa jabatan merupakan suatu usaha dan proses untuk mendapatkan berbagai informasi tentang suatu jabatan melalui metode-metode tertentu. Sedemikian rupa sehingga bisa disusun suatu diskripsi yang utuh dan jelas tentang jabatan tersebut. Didalam membuat analisa jabatan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:

  • Analisa jabatan hendaknya mampu memberikan fakta yang penting dan yang ada kaitan langsung dengan jabatan tersebut. Fakta-fakta mana yang penting akan tergantung pada tujuan atau untuk apa hasil-hasil analisis tersebut akan dimanfaatkan nantinya.
  • Analisis jabatan hendaknya bisa memberikan fakta-fakta yang diperlukan untuk bermacam-macam tujuan. Apabila untuk masing-masing tujuan dibuatkan analisis jabatan tersendiri maka hal ini akan memerlukan biaya yang besar.
  • Analisis jabatan hendaknya sering ditinjau kembali dan apabila perlu diperbaiki. Dalam organisasi yang besar jabatan-jabatan tersebut tidak statis, sering mengalami perubahan berhubung adanya perubahan dalam proses produksi material, metode ataupun peralatan kerja yang dipergunakan Dengan demikian analisis jabatan akan merupakan program yang berlangsung secara dinamis
  • Analisis jabatan hendaknya dapat menunjukkan tugas, tugas apa yang penting diantara beberapa tugas dalam tiap jabatan.
  • Analisis jabatan hendaknya dapat memberikan informasi yang tepat, lengkap dan dapat dipercaya. Untuk memperoleh data yang demikian tersebut diperlukan adanya langkah-langkah yang tepat yang dilakukan oleh para ahli dalam analisis jabatan.


Tata Cara Pembayaran Upah dan Insentif Kerja

Adanya kompetisi di pasar/bursa tenaga kerja yang ada, maka didalam penetapan gaji/ upah karyawan secara organisasi harus mempertimbangkan tingkat upah/gaji yang umum berlaku. Untuk maksud ini diperlukan suatu survei khusus yang berkaitan dengan data/informasi mengenai standar maupun tingkat upah/gaji yang berlaku umum untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan.
Berdasarkan evaluasi jabatan dan survei mengenai upah/gaji, maka besarnya upah/gaji dasar (Rp./jam) atau (Rp/Unit Output) akan bisa diputuskan. Dalam kaitannya dengan pembayaran upah ini ada beberapa metode yang umum diaplikasikan yaitu seperti:

  • Metode pembayaran upah berdasarkan hasil keria (Daywork dan Measured Daywork).
  • Metode pembayaran upah dan insentif kerja berdasarkan unit periodik yang dihasilkan (Piece Work Insentive).
  • Metode pembayaran upah dan Insentif kerja berdasarkan jam kerja standar dicapai (Standard Hour Incentive).
  • Metode pembayaran upah dan Insentif kerja berdasarkan prestasi kerja kelompok (Group Incentive).


No comments:

Post a Comment