February 18, 2017

Sistem Proyeksi Peta (Mercator, Transverse Mercator, Universal Transverse Mercator, dan Polyeder)

Proyeksi Peta Mercator

Proyeksi Mercator merupakan proyeksi silinder normal konform, dimana seluruh muka bumi dilukiskan pada bidang silinder yang sumbunya berimpitdengan bola bumi, kemudian silindernya dibuka menjadi bidang datar.


Alasan mengapa mempertahankan dan mengembangkan proyeksi Mercator dapat dilihat dari sifat-sifat yang dimiliki oleh system proyeksi tersebut. Sifat-sifat graticule dalam proyeksi Mercator yaitu:
  • Garis proyeksi meridian dan paralel berupa garis lurus
  • Interval jarak antara 2 garis meridian yang berurutan adalah sama/tetap, sehingga pada proyeksi mercator tidak terdapat konvergensi meridian dan pada ekuator pembagian vertikal benar menurut skala
  • Interval jarak antara 2 garis paralel tidak sama, yaitu interval jarak membesar semakin menjauh dari ekuator, baik ke arah kutub selatan maupun utara
  • Hasil proyeksi adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar bila makin dekat dengan kutub
Dari sifat-sifat tersebut dapat diketahui bahwa proyeksi Mercator sangat baik untuk menggambarkan daerah equator, dengan kondisi geografi negara Indonesia yang membujur di sekitar Garis Khatulistiwa atau garis lingkar Equator dari Barat sampai ke Timur yang relatif seimbang, sehingga sistem proyeksi Mercator adalah yang paling ideal karena memberikan hasil dengan distorsi minimal.
Sistem proyeksi ini lebih mudah digunakan untuk menggambarkan wilayah Indonesia karena menggunakan meridian Jakarta sebagai meridian nol dan satuan yang digunakan meter sehingga kita dapat mengetahui lokasi dan jarak dengan lebih mudah. 


Proyeksi TM (Transverse Mercator)

Proyeksi Tranverse Mercator adalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder, tranversal, conform dan menyinggung. Pada proyeksi ini secara geografis silindernya menyinggung bumi pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian sentral, faktor skala (k) adalah 1 (tidak terjadi distorsi). Perbesaran sepanjang meridian akan semakin meningkat pada meridian yang semakin jauh dari meridian sentral kearah timur maupun kearah barat. 
Perbesaran sepanjang paralel semakin akan meningkat pada lingkaran paralel yang semakin mendekati equator. Dengan adanya distorsi yang semakin membesar, maka perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi dengan membagi daerah dalam zone-zone yang sempit (daerah pada muka bumi yang dibatasi oleh dua meridian).
Lebar zone proyeksi TM biasanya sebesar 3º. Setiap zone mempunyai meridian sentral sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam satu silinder. Selain itu, proyeksi Tranverse Mercator ini cocok dipergunakan untuk topografi dan baik digunakan untuk daerah yang membujur utara-selatan.



Proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator)

Proyeksi UTM ini hampir sama dengan proyeksi Mercator, yakni sama-sama menggunakan bidang proyeksi silinder dengan posisi sumbu tegak lurus dengan sumbu Bumi dan baik untuk menggambarkan daerah equator. Perbedaan UTM dengan Mercator antara lain, dari persinggungannya proyeksi UTM memotong bidang proyeksi (secantial), sehingga daerah kutub utara maupun selatan tidak tergambarkan, garis proyeksi meridiannya berupa garis lengkung yang menghadap ke meridian tengah, garis proyeksi paralel berupa garis lengkung yang menghadap kearah proyeksi kutub utara untuk yang berada di belahan Bumi utara dan menghadap ke proyeksi kutub selatan untuk yang berada di Bumi belahan selatan, dan semua koordinat geodetic dihitung terhadap Meridian Greenwich sebagai bujur nol dan terhadap lingkaran equator sebagai lintang nol.
UTM ini pada sebuah peta, yaitu terdapatnya garis lintang (Latitude) dan garis bujur (Longitude). Keuntungan peta ini adalah menggunakan sistem koordinat global (seluruh dunia), sehingga apabila menggambarkan suatu daerah yang diketahui Latitude dan Longitude-nya, maka apabila ingin menggabungkan satu peta dengan peta yang lainnya tidak akan sulit.
Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi UTM adalah:
  1. Proyeksi : Transvere Mercator dengan lebar zone 6°
  2. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone
  3. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator
  4. Satuan : Meter
  5. Absis Semu (T) : 500.000 meter pada Meridian sentral
  6. Ordinat Semu (U) : 0 meter di Ekuator untuk belahan bumi bagian utara dan 10.000.000 meter di Ekuator untuk belahan bumi bagian selatan
  7. Faktor skala : 0,9996 (pada Meridian sentral)
  8. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 1 dari 180° BB s/d 174° BB,Tzone 2 dari 174° BB s/d 168° BB, dan seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 174° B s/d 180° BT
  9. Batas Lintang : 84° LU dan 80° LS dengan lebar lintang untuk masing-masing zone adalah 8°, kecuali untuk bagian lintang X yaitu 12°
  10. Penomoran bagian derajat lintang : Dimulai dari notasi C , D, E, F sampai X (notasi huruf I dan O tidak digunakan)


Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, dimulai dari meridian 90° BT sampai meridian 144° BT dengan batas lintang 11° LS sampai 6° LU. Dengan demikian, wilayah Indonesia terdapat pada zone 46 sampai dengan zone 54.


Proyeksi Polyeder

Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasi oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. 
Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagai ‘titik nol’ (ϕ0, λ0) bagian derajat tersebut. Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis paralel standar (ϕ0), sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukan garis meridian standarnya (λ0).
Untuk wilayah Indonesia, penomoran bagian derajatnya adalah :

  • Paralel standar : dimulai dari I (ϕ0=6°50′ LU) sampai LI (ϕ0=10°50′ LU)
  • Meridian standar : dimulai dari 1 (λ0=11°50′ BT) sampai 96 (λ0=19°50′ BT)
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta (λjakarta=106°48′ 27′′,79 BT)


Proyeksi Polyeder tidak cocok untuk daerah yang luasan besar (ekuator), hanya sesuai untuk daerah yang luasnya tidak kurang dari 20’x 20’. Dalam artian cocok untuk pemetaan daerah yang kecil. Penggunaan terbaik terhadap proyeksi ini adalah untuk daerah sekitar lintang pertengahan yang memilki orientasi timur-barat.

1 comment: